Thursday, November 15, 2012

Terimakasih Sekali

Satu hari aku merasa campur aduk, kacau.
Satu hari itu tak pantas diingat.
Satu hari aku tak perduli lagi atas apa yang terjadi.
Satu hari aku merasa tertampar keras.
Satu hari aku dikecewakan.
Dan satu hari itulah, aku baru sadar betapa bodohnya aku.
Satu hari itu aku merasakan lagi bagaimana dulu itu.
Satu hari itu aku sadar, betapa aku menyia-nyiakan waktuku, 20 bulan hanya untukmu, menunggu.
Satu hari aku disadarkan oleh Tuhan, kl aku terlalu berharga untuk itu.
Satu hari aku merasa dicukupkan untuk berhenti saja.
Satu hari pengecewaanku amat besar.
Satu hari aku disadarkan, kalau aku sangat bodoh untuk itu.
Terimakasih sekali, kamu.

Tidak Akan Lagi

Aku cuma mampu membuang-buang waktuku.
Semuanya terasa benar-benar percuma, apalagi setelah aku sadar akan tamparan hebat yang menghantamku.
Aku merasa bodoh, tolol, sakit, perih, sesak nafas ini dirasanya.
Serasa percuma sekali waktu yang aku sisihkan hanya untuk seorang kamu.
Benar, berapa lama waktu yang sudah aku siakan? Aku rasa tak terhitung.
Lagi, kali ini aku merasakan hal yang sama, lagi.
Seperti orang tolol yang dibiarkan dibuai harapan yang tadinya merupakan sebuah keyakinan untukku.
Bodoh, benar aku bodoh. Tak sadar sudah berapa lama aku dibuat begini.
Apa kamu tau, sudah berapa hati yang ingin singgah tapi akhirnya aku tolak hanya untuk kamu?
Apa-apaan ini, sudahlah.
Kenyataan memang lebih menyakitkan.
Memang seharusnya kesadaran kemarin harus aku pertahankan.
Tamparan yang keras ini akhirnya mampu buatku sadar, betapa perusaknya kamu.
Tak apa, tapi kali ini aku yakin.
Dan hal ini tak akan lagi.

Thursday, November 8, 2012

Merindu

Sekali lagi aku mendapatkan hal ini
Seakan mendapati diri sedang menggantungkan sendiri pada tumpukan ribuan pikiran yang mencoba menggoyah
Mendapati sendu yang terkadang merapat tiba-tiba
Seolah meyakini bahwa memang itulah yang aku rasa
Kumpulan perih ini seperti guratan yang selalu membekas
Perih, tak hanya perih itu yang selalu menjadi momok yang selalu mengganggu
Tanpa sadar aku kumpulkan satu per satu patahan-patahan ini, yang akan semakin membesar saja kelak
Sungguh, aku benci hal ini
Rindu yang selalu mengganggu, yang selalu menggoyahkan akan aku, diriku
Rindu yang tak mau hilang, yang melekat,dan tak pernah mau pergi
Upayaku untuk tidak mendapatinya tak pernah mampu
Selalu terganggu dengan sedikit saja fatamorganamu
Merindumu memecahkan asaku, rindumu yang masih tersisa hingga sekarang aku benci itu
Entah harus berapa tahap lagi yang harus aku lewati
Sampai rindumu takkan lagi kudapati

:)

Friday, November 2, 2012

Kamu yang kucintai dari jauh

Kamu, teruntuk kamu yang kucintai dari jauh
Ketika ragaku tak dapat memelukmu,
serta jiwaku tak dapat merengkuhmu,
kamu perlu tau bahwa itu tak penting, selagi masih ada percayaku yang kuberikan untukmu



Kamu, teruntuk kamu yang kucintai dari jauh
Semua kata yang tak dapat terucap,
aku hanya perlu untuk dapat menumpuk semua keinginanku tentangmu,
menjadi sebongkah kesatuan besar



Kamu, teruntuk kamu yang kucintai dari jauh
Cukupkah cemasku mengudara ketika semua pikiranku melanglang buana?
membiarkan angan melakukan semua hal yang ku cemaskan?



Kamu, teruntuk kamu yang kucintai dari jauh
Rindu memang benar menjengkelkan,
memberikan tangisan dalam kilatan hipnotisnya,
memenjarakan jiwa yang berharap merindu padanya,
kejam.



Kamu, teruntuk kamu yang kucintai dari jauh
mari kita saling membela diri,
memberitahu hati,
bahwa memang kamu harus membiarkan hati lain untuk kau dustai,
tak kau benarkankah?



Kamu, teruntuk kamu yang kucintai dari jauh
Seperti layaknya rumah bagiku,
membiarkanku untuk tetap pulang,
dan memberikan semua kenyamanan,
kuyakini itu.



Kamu, teruntuk kamu yang kucintai dari jauh.